Rabu, 04 November 2009

Knowledge Sharing and Community of Practice

Setelah terjadinya tahapan Knowledge Capture and Codification , maka perlu di-shared dan dissemination ke seluruh organisasi. Pengetahuan dalam organisasi lebih banyak yang bersifat tacit, namun ini tidak berarti bahwa yang explicit pun dapat diakses dengan mudah. Salah satu cara untuk memungkinnya adalah melalui COP, Community of practice. Dalam konteks pengetahuan, COP adalah kelompok orang yang dengan shared resources dan dynamic relationship, berhimpun untuk berbagi pengetahuan untuk meningkatkan learning (pembelajaran) dan menciptakan nilai bersama kelompok.

Mengapa perlu ? Karena biaya untuk mendapatkan pengetahuan informasi baik bagi individu maupun organisasi menjadi mahal. Belajar pada dasarnya adalah aktivitas sosial. Oleh karena itu knwledge sharing akan lebih efektif dan efisien bila dilakukan dalam komunitas of practice.

Social Network Analysis dapat dilakukan untuk dapat memetakan dan mengukur hubungan dan arus hubungannya di antara individu, kelompok, organisasi dan komputer. Komunitas yang tercipta dapat berupa Joint Enterprise yang didasari tujuan pribadi dan komunitas, Mutual Engangement yang terhubung karena pekerjaannya atau karena mereka mengenal salah seorang anggota kelompok dan Shared Repertoire yang merujuk pada tempat kerja yang sama yang memungkinkan mereka berkomunikasi satu sama lain dan menyimpan serta berbagi produk pengetahuan.

COP tidak harus bersifat fisik namun juga dapat berada di dunia maya, yang akan membangun content, interaction, events dan outreach bersama. Anggota dapat berbagi peran. Kim membagi anggota kepada visitors, novice, regular, leader dan elder berdasar tingkat keterlibatan dan perannya dalam kelompok. Nickols menunjukkan peran yang lebih formal dalam sebuah komunitas dengan menunjukkan adanya peran champion, sponsor, facilitator, practice leader dan knowledge service center or office dan member, yang didasarkan pada perannya dalam pemrosesan pengetahuan dalam komunitas.

Hambatan dalam sharing pengetahuan adalah karena individu biasanya dihargai atas dasar apa yang mereka ketahui, bukan atas dasar kesediaan mereka untuk sharing. Oleh karena itu kesediaan sharing haruslah diberi insentif agar proses knowledge sharing dalam organisasi bisa berjalan. Selain itu juga perlu diperhatikan property-nya, kredibilitas, budaya organisasi serta undernet, yang juga dapat mempengaruhi proses.

(Dari Knowledge Management in theory and practice, Kimiz Dalkir)