Sabtu, 31 Oktober 2009

Motivasi dan Komitmen Organisasi

Berbagai studi selama ini telah menunjukkan bahwa motivasi merupakan hal yang penting yang mempengaruhi performance kerja seseorang. Luthans (1998) mengatakan bahwa motivasi adalah proses yang membangkitkan, memberikan energi, mengarahkan dan mempertahankan tingkahlaku dan performance. Oleh karena itu berbagai tindakan yang dilakukan di organisasi kerja ditujukan untuk membuat motivasi kerja tinggi sehingga mereka dapat mengerjakan tugas yang diberikan pada mereka.Secara tradisional, uang dianggap sebagai salah satu faktor yang mempengaruhi tingkatan motivasi yang diharapkan. Namun demikian, masih banyak motivator lain selain uang yang diberikandalam bentuk gaji , misalnya insentif lain yang dapat berupa fasilitas, kedudukan maupun penghargaan yang diberikan secara sosial, jika karyawan dapat mencapai prestasi tertentu.
Berkait dengan motivasi kerja, kepuasan kerja biasanya menjadi ukuran apakah motivator yang diperoleh oleh seorang karyawan telah mampu menggugahnya untuk tetap mempertahankan standar performance kerja yang diharapkan dan membuatnya mau bertahan dalam suatu organisasi kerja. Karyawan yang menghayati kepuasan kerja akan bertahan dalam organisasi kerja dan tindakan sebaliknya akan terjadi jika ia tidak menghayati kepuasan kerja.
Upaya mempertahankan sumberdaya manusia yang potensial merupakan hal yang penting agar organisasi mampu menghadapi tantangan bisnis yang begitu cepat berubah agar profit dapat dipertahankan. Namun demikian, kita seringkali menemukan bahwa terdapat karyawan yang telah mendapatkan benefit dari kerjanya yang tergolong tinggi tetap saja mungkin meninggalkan tempat kerjanya, walau ia pun tidak mengalami ketidakpuasan kerja. Hal serupa ini teramati dalam wawancara di majalah Swa Edisi XI/XXV. Seorang yang telah mendapat posisi yang tinggi di perusahaan dengan penghasilan yang besar ternyata masih mungkin memutuskan pindah kerja, walaupun penghasilan yang ia peroleh di tempat yang baru ternyata lebih kecil.
Kenyataan ini menunjukkan bahwa dalam mengelola karyawan, suatu perusahaan tidak cukup hanya memfokuskan perhatian membangun motivasi kerja yang berbasis pada pemberian gaji dan insentif lain untuk memungkinkan tercapainya kepuasan kerja saja bagi karyawan, namun juga perlu menyentuh hal lain yang juga penting, yaitu komitmen organisasi.
Sikap telah lama diketahui memiliki dampak pada kepuasan kerja. Komitmen organisasi menekankan sikap terhadap keseluruhan organisasi. Penelitian terhadap perilaku menyimpulkan bahwa ada tiga sumber komitmen organisasional yang berbeda (Meyer dan Allen,1997), yaitu: 1) Affective commitment, yaitu keterikatan emosional karyawan identifikasi dan keterlibatannya dalam organisasi.2) Continuance commitment, yaitu kesadaran akan untung rugi yang didapat jika meninggalkan organisasi.3) Normative commitment, yaitu adanya perasaan berkewajiban untuk tetap meneruskan bekerja
Terpenuhinya motivator selama ini lebih berkait dengan terbentuknya continuance commitment. Organisasi perlu juga untuk mengembangkan komitmen karyawan pada organisasi, khususnya affective commitment dan normative commitment, Dengan terbentuknya komitmen organisasi yang meliputi tiga bentuk komitmen di atas akan membuat karyawan menghayati kepuasan kerja. Ia akan dapat tetap terikat dengan organisasinya sekarang sehingga bersedia berusaha keras atas nama organisasi dan memberikan kontribusi positif terhadap pencapaian tujuan organisasi.